Peran media sosial membawa siapa saja untuk punya panggung yang sama. Semua orang dapat bersuara, dapat menyampaikan opininya, dan bahkan yang paling tercela sekalipun: perundungan (bullying).
Cyberbullying (perundungan dunia maya) yang kita tahu adalah tindakan perundungan yang dilakukan melalui internet, khususnya media sosial.
Hal tersebut yang juga menjadi fokus Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan. SEJIWA memusatkan perhatian pada usaha pengaktualisasian diri melalui nilai-nilai, seperti integritas, empati, respek, toleran, dan tanggung jawab.
Jadi, cyberbullying tindakan berupa ancaman, pelecehan, intimidasi, mempermalukan, menghina yang dilakukan seseorang terhadap orang lainnya mengguanakan perantara media elektronik.
Cyberbullying dapat terjadi melalui SMS, aplikasi, teks, media sosial, forum, atau game. Tempat-tempat tersebut merupakan dimana seseorang dapat melihat, berpartisipasi dan melakukan sharing content.
Cyberbullying termasuk mengirimkan, memuat, atau membagikan konten negatif. Beberapa tindakan cyberbullying yang sudah melewati batas dapat ditindak tegas secara hukum.
Baca juga: Literasi Digital: Pengertian, Tantangan, dan Peluang
Lalu, apa yang membuat kejahatan ini bersifat unik sehingga sulit diatasi?
- Perangkat elektronik memiliki kemampuan secara langsung berkomunikasi selama 24 jam sehari, hal ini membuat korban cyberbullying sulit mencari ruang untuk menghindar.
- Kebanyakan informasi yang telah beredar di internet menjadi bersifat permanen dan publik, jika tidak dilaporkan dan dihapus. Reputasi online yang negatif dari yang melakukan perundungan dapat mempengaruhi area hidupnya seperti saat masuk sekolah, pekerjaan atau area hidup lainnya.
- Cyberbullying sulit diketahui. Orangtua maupun guru mungkin tidak mengetahui saat cyberbullying sedang terjadi di dunia maya. Selain itu, pelaku cyberbullying bisa saja memanfaatkan akun anonim.
Ayo bersama-sama melwan tindak perundungan di mana pun ia berada!
