Surga yang Hilang
rasaku terbang setinggi himalaya
kala bermain dengan duka
tekanan menempa tiada jera
aku takut menggores luka
nilaiku dititik nol
kala karyaku nyata
pembenci murung
aku bergerilya
aku anak bangsa
ikuti jejak pahlawan 45
menangis perih mengukir sejarah
saat ku bodoh membalas keburukan
Sampaikanlah pada langit
agar sujudku semakin membumi.
bencimu tak berujung
aku dekat serasa jauh
begitu sulitkah melihat kebenaran?!
Bab I
Tantangan Hidup: Bencana atau Anugerah?
Perjalanan Mama Ua (Bu Sisi) sampai membangun ruang baca Mata Air, sangat tidak mudah. Lahir dari keluarga yang biasa saja. Mama Ua kecil merupakan anak dari seorang asisten Rumah tangga yang bekerja pada orang berkebangksaan Amerika. Sang Ibu berdagang kain batik dan jajanan khas Jogja. Sedangkan Sang Ayah seorang tukang kayu yang gemar membuat perabot rumah. Meja belajar tempat Mama Ua kecil menghabiskan waktu dengan menulis, adalah buah karya dari sang Ayah tercinta.
Sejak usia 4 tahun, Mama Ua selalu diajarkan untuk bersabar, dan baik kepada semua orang, serta dibekali dengan agama oleh sang Ibu. Ceramah keagamaan dari radio kesayangan Mama Ua sudah menjadi makanan sehari-hari Mama Ua yang dinyalakan oleh ibunya, dengan harapan Mama Ua dapat hidup lebih baik dibandingkan Ibunya.
Suatu keadaan mengharuskan Mama Ua kecil untuk tinggal bersama bibinya. Di sini, Mama Ua kecil mendapatkan pelajaran kedisiplinan yang sangat ketat dari sang bibi. Peraturan menonton televisi 1 jam dalam seminggu, bekerja rapi, dan wajib berperilaku hidup sehat adalah lagu bibi yang selalu bersenandung di dalam rumah setiap hari.
Namun, saat itu Mama Ua kecil tidak akan pernah tahu, jika suatu saat semua bekal kehidupan tersebut akan sangat diuji coba oleh kehidupan nyata yang keras.
***
Saat mulai bersekolah, Mama Ua remaja bukanlah termasuk anak yang banyak memiliki pengalaman menyenangkan. Tidak banyak teman ketika SD, rasa keminderan masa SMP ketika banyak anak-anak yang lebih kaya dan pintar, dan parahnya lagi, perlakuan tidak sehat oleh guru dan teman-teman sebayanya sepanjang waktu sekolah ketika menanjaki masa SMA. Lalu, ketika mulai membangun ruang baca Mata Air, diskriminasi oleh lingkungan tempat tinggalnya sendiri juga bukanlah hal asing bagi Mama Ua. Semua itu hanya karena Mama Ua memiliki status “miskin”.
Tapi mari renungkan sejenak…
Sebenarnya apa itu “miskin”?
Mengapa orang miskin tidak boleh macam-macam?
Kenapa status miskin, kesannya membuat orang lain berhak menghalangi kita untuk berbuat sesuatu dan menjatuhkan kita?
Bagaimana jika kita kreasikan kata miskin ini menjadi, “Memangnya kenapa kalau miskin?“
***
Mama Ua tentu hanyalah manusia biasa. Pasti akan merasakan kesal, sedih, dendam, rendah diri, dan segala pergolakan emosi yang tidak menentu. Namun, Mama Ua lebih memilih untuk terus maju dan melakukan perubahan, serta membantu memperjuangkan kesetaraan hak anak-anak dalam mendapatkan kasih sayang, dan pendidikan.
Bab II
4 Terapan Literasi Mata Air
1. Ruang Baca Mata Air
Orang tua yang merupakan guru pertama anak, adalah tokoh pemerhati pendidikan. Pada dasarnya, orang tua adalah figur terbaik, bahkan cermin untuk anak-anak bisa berlaku sebebas mungkin, tanpa memikirkan resiko sosial apapun.
Namun di sisi lain, jika tidak dikelola oleh orang tua dengan baik, resiko buruk akan menimpa anak-anak tersebut. Jika tidak tahu cara mengelolanya, seringkali kita temukan orang tua kesal dengan anaknya sendiri dan melakukan tindakan tidak terpuji seperti meninggalkan anak, bersumpah serapah dan melampiaskan amarah kepada anak, bahkan menyebar kebencian kepada semua hal di sekelilingnya.
Ruang Baca Mata Air hadir untuk menjadi gerai inspirasi, teman dan orang tua bagi anak-anak. Mereka dapat belajar tentang kehidupan serta mengasah potensi-potensi yang mereka miliki, dengan leluasa, dan menyenangkan.
2. Entrepreneur Class
Guru adalah jembatan anak-anak untuk bisa memicu dan mengeluarkan potensi dirinya. Anak juga harus dibekali pendidikan akhlak yang baik sejak dini, sesuai dengan agamanya. Hidup pasti bersinggungan, saling terkait atas desain Yang Maha Kuasa. Entrepeneur Class sebagai gerai inspirasi, hadir untuk dapat memenuhi panggilan tersebut.
Entrepeneur Class akan membekali anak-anak, utamanya dalam Ilmu Komunikasi, Keorganisasian, dan Kewirausahaan. Bekal-bekal utama itu diharapkan dapat menjadikan bekal mereka untuk lebih bisa meningkatkan taraf hidup diri mereka sendiri.
3. Warung Baca Keliling (MoDus – Motor Bawa Kardus isi buku bacaan)
Fakta jalanan membuktikan, banyak sekali anak-anak yang memiliki kebiasaan buruk ketika di dalam suatu ruang publik, sebutlah tempat nongkrong, tempat hang out. Sumpah serapah, ketidaksopanan masih dianggap lumrah untuk dilakukan anak-anak tersebut.
Bahkan ketika mereka sekolah, mereka seperti tidak bersekolah. Mungkin ruang publik mudah untuk dijangkau dan menjadi tempat bersantai mereka, namun tidak berdampak baik sama sekali untuk jiwa mereka sendiri.
Warung Baca Keliling dihadirkan sebagai gerai inspirasi untuk membantu mereka membuka jendela baru yang lebih tentram. Membuat anak-anak untuk bisa lebih merasa “bebas” untuk berkarya, membaca dan menulis. Literasi yang diharapkan dapat membantu kualitas diri mereka setiap harinya.
4. Ruang Informasi Teknologi
Sebuah perubahan dapat direspon dengan baik, bagi mereka yang produktif saja. Namun, situasi pandemi menjadikan teknologi digital adalah sebuah keharusan dan kebutuhan primer. Tidak lagi soal dia produktif atau tidak produktif.
Secara otomatis, semua lapisan masyarakat terangkat pengetahuannya oleh teknologi digital tersebut, sebagai upaya untuk bertahan hidup. Terlihat dari bagaimana semua masyarakat semakin tahu istilah-istilah teknologi yang tampaknya sudah menjadi bahasa sehari-hari.
Siap tidak siap, semua wajib pintar menerima kencangnya arus teknologi. Namun, pernahkah terpikir siapa yang paling gelagapan ketika dihadapkan oleh keadaan ini? Pastinya mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhan perangkat teknologinya.
Anak-anak Warung Baca Mata Air contohnya, puji syukur mereka adalah penerus generasi bangsa yang sangat pintar dan berbakat. Mereka layak dan sangat berhak untuk mendapatkan material pengetahuan dari perangkat digital. Namun, keterbatasan finansial menghambat mereka untuk bisa maju secepat anak-anak lainnya yang lebih beruntung.
***
Minim dukungan, merupakan hal yang tidak mudah bagi kami. Namun, Warung Baca Mata Air akan terus berjalan untuk menjadi gerai inspirasi dan wadah kreatif menciptakan ruang-ruang baca agar anak tumbuh sehat dan cerdas jasmani dan rohani.
Pastikan Anda jadi yang pertama bersama kami menciptakan generasi bangsa yang sehat dan cerdas dengan klik link di bawah ini:
Berapapun donasi yang Anda berikan, akan sangat membantu kemajuan anak bangsa.