Membaca kerap diasosiasikan sebagai gerbang penguasaan dunia sehingga aktivitas ini senantiasa terus didorong.

Keberadaan taman baca menjadi salah satu pintu untuk mendongkrak kebiasaan membaca itu.

Salah satu taman baca yang layak dikunjungi adalah Taman Baca Kampoeng Batja yang ada di Jl.Nusa Indah,  Jemberlor, Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Pendirinya Iman Suligi, seorang kakek yang berusia 68 tahun. Iman Suligi cukup mempunyai dedikasi tinggi untuk menebarkan semangat baca di lingkungannya.

Menurut Suligi, taman baca ini berdiri tahun 2010 yang lalu. Tetapi, embrionya sudah cukup lama karena sudah dimulai pada tahun 1978 silam.

Selama rentang waktu itu, nama yang dipakai kerap berganti-ganti hingga yang terakhir Kampoeng Batja.

“Seusai pensiun, baru bisa mengurusi secara full,” ujar pensiunan guru mata pelajaran Bhs.Inggris dan seni rupa di sebuah SMK, saat ditemui Kompas.com akhir Agustus 2018 lalu.

Baca juga: Saab Shares – Benih Toleransi Dimulai dari Edukasi

Taman baca ini berdiri di kawasan seluas 700 meter persegi dan mempunyai tempat yang asri karena pepohonan rindang yang ada di sekitarnya.

Ini tidak terlepas dari konsep taman terbuka yang diusungnya serta ornamen-ornamen nan artistik yang dipajangnya.

Selain koleksi buku-bukunya, fasilitas yang ada di dalamnya pasti akan membuat siapa pun yang hadir betah berlama-lama ada di sana. Bahkan, mungkin akan lupa waktu dengan suasana yang ada.

Sejak awal kaki melangkah ke Kampoeng Batja ini, pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa.

Sebab, untuk masuk ke tempat ini, pengunjung harus menyusuri jalan setapak gang kampung yang berliku-liku. Jika tidak waspada, kemungkinan hilang arah akan terjadi. Ini menjadi daya tarik dan tantangannya.

Seusai susur jalan setapak puluhan meter itu, sebuah gerbang akan menjadi penanda masuk lokasi.

Gerbang ini cukup estetis karena berada tepat di seberang sungai kecil. Seperti hendak memasuki sebuah kastil yang terlindungi benteng sungai.

Dari gerbang inilah, mata pengunjung akan mulai disuguhi aneka ragam barang-barang antik dan langka.

Semua benda tersebut berada di teras yang cukup luas seakan menjadi penyambut tamu. Di sini juga terdapat kawasan yang terkoneksi dengan saluran internet.

Memasuki ruangan selanjutnya, pengunjung akan dibawa ke ruang baca. Deretan rak penuh buku berada di ruangan ini. Koleksi buku cukup lengkap. Hanya minus pada buku ajar sekolah karena memang tidak menyediakannya.

Ruang buku ini berbagi dengan koleksi benda-benda langka terutama benda-benda telekomunikasi berupa koleksi telepon.

Di sini terdapat beberapa jenis telepon kuno hingga telepon masa kini. Seakan dirancang menjadi sebuah museum mini.

Puas berada di ruang tersebut, pengunjung juga bisa menikmati rumah pohon. Rumah kecil ini menempel pada pohon jati, yang di bawah terdapat prasasti nama semacam penanda lokasi ini.

Bagi pengunjung anak-anak, ada taman bermain dengan beberapa wahana. Lokasinya juga cukup lapang untuk sekedar bermain kejar-kejaran sesama kawan. Lokasi ini terdapat 2 ayam kalkun agar sebagai magnet atau maskot anak-anak betah berada di sana.

“Fungsi ruang terbuka ini bisa macam-macam, bahkan untuk outbound juga,” kata Suligi.

Baca juga: PAPUA HEI, Harapan Nyata dari Indonesia Bagian Timur

Juga ada ruang kelas atau aula sederhana, yang langsung menghadap taman. Di ruang kelas ini biasa dilakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lain misalnya menggambar dengan kapur.

Program Kegiatan di Kampoeng Batja

Taman baca memang selalu didorong untuk senantiasa berkegiatan dan selalu kreatif. Tidak melulu soal buku, tetapi kegiatan-kegiatan yang bermuara pada pengayaan literasi juga perlu.

Itu untuk menjaga eksistensi dan agar keberadaannya tidak kalah pamor dengan aktivitas lain yang kerap menjadi magnet bagi generasi muda di era kecanggihan teknologi ini.

Tidak sedikit generasi saat ini lebih banyak menghabiskan waktu bermain online, misalnya.

Dengan konsep taman baca yang terintegrasi itu, Suligi cukup diuntungkan.

Dia biasa membuat kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada bidang utama Baca, Gambar, serta kegiatan keagamaan seperti mengaji.

Secara internal, ada program yang disebut dengan nama Wisata Literasi. Ini seperti outbond dengan peserta siswa sekolah yang diajak menyelami isi Kampoeng Batja. Dengan ini siswa diajak bercerita,  bermain dengan permainan edukasi serta menggambar.

Lalu ada Sudut Baca, yakni dengan membentuk titik-titik baca di kalangan masyarakat lingkungan sekitar lokasi Kampoeng Batja.

Sudut baca ini fokus didirikan sesuai titik latar belakang profesi masyarakat.

Misalnya tempat salon, maka sudut baca berisi koleksi buku-buku tentang kecantikan dan buku-buku bacaan untuk anak-anak yang turut serta menemani orang tuanya yang nyalon.

“Sudut baca lansia, berarti isinya koleksi buku-buku bacaan yang cocok untuk lansia,” kata Suligi.

Baca juga: Taman Baca, Cara Kartono Bangun Mimpi Anak-anak di Eks Lokalisasi

Juga ada program yang disebut dengan anjali akronim atau kependekan dari anjangsana literasi.

Program ini di mana Suligi dan timnya berkunjung ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan literasi. Bisa juga sekolah mengundang untuk mengisi kegiatan.

Ada pula kegiatan keagaamaan yakni mengaji. Di tempat ini disediakan khusus tenaga pengajar berlatar belakang agama.

Sehingga anak-anak yang bermain di sana, tidak hanya mengenyam pengetahuan umum tetapi juga kemampuan khusus mengaji tetap ditingkatkan. Budaya agamis ini kebetulan bagian dari budaya setempat.

Kegiatan lainnya yang tidak kalah seru adalah chalkboard drawing atau menggambar bebas dengan media kapur dan papan tulis. Aktivitas ini yang kerap menjadi primadona anak-anak yang berkunjung di sana.

Yaitu anak-anak diajak mengeksplorasi kemampuan menggambar sesuai selera. Dasar-dasar awalnya dipandu oleh Suligi sendiri.

“Kalau pake krayon itu di mana-mana ada dan juga ada kelemahannya, yaitu anak-anak berpikir dulu sebelum menggambar karena kalau salah enggak bisa dihapus. Tapi kalau pakai kapur, anak-anak bebas berkreativitas dan salah bisa dihapus untuk diperbaiki,” ujar suami dari Gigih Rachwartini ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Kisah Suligi Puluhan Tahun Kembangkan Kampoeng Batja Jember : Dari Teras hingga 10 Sudut Baca (1)”
Penulis : Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim
Editor : Khairina

Leave your vote

0 points
Upvote Downvote

Total votes: 0

Upvotes: 0

Upvotes percentage: 0.000000%

Downvotes: 0

Downvotes percentage: 0.000000%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

Hey there!

Sign in

Forgot password?

Don't have an account? Register

Close
of

Processing files…