Survey pada 2018 lalu oleh sebuah lembaga amal di Inggris, Charrities Aid Foundation menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang paling dermawan di dunia. Tiga indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kedermawanan pada survey tersebut adalah kebiasaan masyarakat mendonasikan uang, menolong orang yang tak dikenal, dan perilaku menolong sukarela pada bulan sebelum survey dilaksanakan. Partisipasi masyarakat Indonesia dalam perilaku menolong sukarela mendapat rangking teratas sebesar 53 persen.
Kita dapat mengiyakan survey tersebut, berkaca pada kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka gotong royong. Budaya ini juga tidak melihat perbedaan latar belakang masyarakat. Mereka memang tulus membantu, yang diawali atas dasar keprihatinan terhadap masalah yang ada. Dari sini, mari bayangkan kita sedang memasuki sebuah lorong menuju masa 25 tahun lalu, tepatnya pada 1994.
Di tahun tersebut, ada seorang penjual jamu asal Yogyakarta bernama Kiswanti. Ia merantau ke Parung, Bogor untuk menjajal peruntungan. Indonesia dikenal dengan orangnya yang ramah-ramah terhadap pendatang, tetapi kedatangan Kiswanti itu tidak disambut ramah. Bukan secara langsung ia tidak diramahi, tetapi ibu 2 anak ini disambut dengan kondisi yang benar-benar berbeda. Ia melihat tidak adanya wadah bermain anak-anak di mana terdapat banyak warung remang-remang di tempat tinggalnya yang baru. Bahkan yang paling membekas dalam ingatannya adalah tutur kata kasar yang kerap ia dengar dari anak-anak.
Dari sinilah ia tergugah untuk menghilangkan rasa prihatinnya itu. Kiswanti bertekad bahwa ia harus melakukan sesuatu. Tiga tahun berselang, tepatnya pada 1997, sambil menjual jamu Kiswanti membawa serta juga beberapa buku. Di saat ia berkeliling menjajakan jamu, ia juga mengajak anak-anak untuk membaca buku yang ia bawa. Berkeliling, berkeliling. Dengan konsistensi tersebut, ada yang lain di Parung. Ada yang tidak biasa.

Di tahun 2000, atas dasar keprihatinannya sejak awal di mana tidak ada wadah bermain anak-anak, satu ruang di rumahnya disulap menjadi ruang baca. Satu, dua, tiga, dan seterusnya jumlah anak-anak terus bertambah, terus mengisi ruang hasil inisiatifnya. Ketika ia merasa usahanya membuahkan manfaat, maka Kiswanti berusaha menggandeng bantuan pada warga. Dengan itu pula, ia membentuk taman bacaan masyarakat yang hingga kini dikenal dengan nama Warabal. Warabal memiliki kepanjangan Warung Baca Lebakwangi.
Kini tidak ada lagi warung yang remang. Hanya ada warung yang terang, yang terus menerangi masyarakat dengan kegiatan literasi.
Baca juga: (TBM) Kuncup Mekar di Antara Pegunungan Karst
Kiswanti mengontrak rumah selama 9 bulan dengan luas rumah 60 meter persegi. Dalam perjalanannya, di 2 bulan menjelang tenggat sewa berakhir, Kiswanti memindahkan TBM Warabal ke rumah sewa yang lain. Jaraknya hanya 20 meter dari rumah sebelumnya. Rumah TBM Warabal yang baru ini dibiayai oleh yayasan yang tergerak dalam membantu TBM Warabal. Memang mulanya koleksi buku hanya 200 saja. Namun kini seumur hidup pun sepertinya kita tidak akan dapat membaca seluruh buku yang ada di taman bacaan masyarakat ini dengan jumlah 8300 buku. Sekarang, Kiswanti dibantu oleh 16 orang sukarelawan. Ia mengaku, selama proses dedikasinya ini, banyak sekali kemudahan yang ia dapat. Kemudahan yang datang padanya berupa bantuan donasi buku, donasi dana, orang-orang yang menjadi sukarelawan, maupun dukungan moral.
Macam-macam Kegiatan Aktif di TBM Warabal
- Perpustakaan TBM Warabal: Perpustakaan ini memiliki beberapa rak, yang juga dibedakan sesuai dengan kategorinya. Anak-anak memiliki rak khusus dengan buku-buku seperti buku dongeng, komik, novel anak, ensiklopedia anak, dan beragam buku lainnya. Untuk umum, terdapat buku-buku seputar novel, buku non fiksi, agama, buku keterampilan, dan lain-lain. 98% buku di taman bacaan ini telah diberi label dan masuk dalam database komputer, sehingga pendataan dan pencarian buku memudahkan.
- Marawis: Komunitas baca ini ingin menghadirkan agama dalam balutan seni. Dimulai saat para anggota marawis di wilayah TBM Warabal mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Marawis dilahirkan kembali dengan mengajak para anak-anak yang biasanya senang berlarian di masjid. Para anggota marawis yang baru ini juga selalu aktif mengikuti parade, bahkan hingga memenangkan beragam penghargaan.

- Kasidah: Kasidah diisi oleh orang-orang yang lebih tua, sebagai pelengkap adanya kegiatan marawis yang banyak diisi anak-anak yang lebih muda.
- Taman Pendidikan Al Quran: TBM Warabal percaya pentingnya pemupukan iman dan taqwa sebagai pedoman hidup. Taman bacaan ini membuka kesempatan belajar agama islam melalui Taman Pendidikan Al Quran (TPQ). Kegiatan dibagi menjadi 2 yaitu TPQ siang yang dipenuhi anak-anak usia 5-12 tahun dan TPQ malam untuk anak berumur 13-17 tahun. Setiap minggu anak-anak diberi dongeng tentang sifat teladan yang diambil dari kisah-kisah di dalam Al Quran.
- Pengajian Tafsir Al Quran: Kegiatan ini diisi oleh orang-orang dewasa yang ingin memperdalam keilmuannya pada Al Quran.
- Kelas Kreasi: Kelas ini memiliki beberapa kegiatan positif yang disampaikan melalui seni, permainan, menonton film dan belajar bersama. Setiap bulan anak-anak memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu seperti pementasan, hasil kreatif, dan lain-lain. Setelahnya ada diskusi di mana anak-anak dilatih kepercayaan diri, dilatih berani mengungkapkan pendapat, belajar tentang toleransi, dan kerja sama tim. Terdapat 81 anak antusias yang mengisi kelas ini.
Baca juga: Mimpi di Kolong untuk Merayakan Hari Puisi Sedunia
- Pendar Komputer: Pendar merupakan kepanjangan dari pendampingan belajar. Taman bacaan ini berusaha ikut mewujudkan misi pemerintah dalam menyongsong era industri 4.0 dengan turut mengenalkan teknologi komputer. Tiga tahap yang dilakukan dalam pendampingan ini yaitu menggambar dengan Paint, mengetik 10 jari, dan mengoperasikan Microsoft Word. Diisi oleh anak-anak SD-SMP, pertemuan ini dipatok harga yang sangat murah hanya dengan Rp12.000 untuk 26 pertemuan.
- Pendar Bahasa Inggris: Sejak 2004 kegiatan ini konsisten dilakukan. Kursus bahasa inggris cukup mahal di daerah ini. Maka dari itu Nurry, penggagas kegiatan ini, membuat kelas pendar bahasa inggris. Tujuannya bukan hanya untuk nilai sekolah, tetapi pembuka kesempatan di masa depan. Pendar bahasa inggris dilakukan di lantai dasar taman bacaan TBM Warabal.

- Pendar Matematika: Masih di rumah yang sama, pendampingan belajar matematika dilaksanakan di lantai 2. Biaya yang dikenakan untuk bimbingan belajar di sini hanya Rp10.000/bulan. Bila bimbingan hanya sekali datang, dikenai tarif Rp2.500. Uang yang terkumpul akan kembali ke dalam bentuk fasilitas seperti alat tulis dan hadiah yang dibagikan saat kenaikan kelas. Para anak didik yang tergabung dalam pendar matematika ini sebanyak 56 anak kelas 1-6 SD. Pendar matematika berlangsung setiap hari minggu mulai pukul 10.00 sampai 12.00.
- Perpustakaan Keliling: Perpustakaan keliling dimaksudkan untuk mendekatkan perpustakaan kepada masyarakat. TBM Warabal menyebar ke 4 titik lokasi di mana 2 lokasi tersebut dikelola oleh sukarelawan desa setempat. Yang paling seru dari kegiatan ini adalah eksperimen. Anak-anak akan sangat senang dengan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan adalah seperti membuat es krim dari es batu, garam, dan pop ice yang digoyang hingga menjadi es krim sederhana. Ada juga penyuluhan cuci tangan, gosok gigi, kebersihan rambut dan kuku untuk anak-anak.
- Simpan Pinjam: Kegiatan yang terakhir ini dimaksudkan supaya antar warga dapat saling membantu. Paling tidak untuk meminimalisir rentenir dan bank harian. Setiap warga dijadikan pengurus dan pengawas. Tiap anggota diwajibkan untuk memiliki simpanan pokok sebesar Rp20.000 dan simpanan wajib Rp10.000 per bulan. Setelah anggota memiliki simpanan sebesar Rp200.000, maka anggota diperbolehkan untuk meminjam.
Kontak info:
- Nama Pengelola: Kiswanti
- Alamat: Jalan Kamboja Lebak Wangi RT 01/RW 01, Desa Pemagarsari, Kecamata Parung, Kabupaten Bogor
- Email: warabaltbm@yahoo.com
- Nomor telepon: 081383692871