Sumber : Kompas.com

AMBON, KOMPAS.com – Waktu menunjukkan tepat pukul 16.00 WIT, saat tim relawan dari Yayasan Heka Leka mendatangi SD Negeri 31 yang berada di kawasan Batu Merah Dalam, Kecamatan Sirimau, Ambon, Maluku, hari itu.

Sore itu, ratusan siswa dan para guru di sekolah telah menanti kedatangan para relawan dengan penuh antusias.

Setelah berbincang dengan Kepala Sekolah dan staf dewan guru, sembilan relawan yang dipimpin oleh Ega Pattiasina kemudian memasuki setiap ruang kelas untuk berbagi pengetahuan. Mereka mengajari para siswa tentang berbagai bidang ilmu dengan gaya santai dan atraktif.

Di ruang kelas enam misalnya, salah satu relawan, Marco Dhylan Patianakotta, mengajak para siswa untuk belajar soal kemampuan menulis puisi dan cara membaca puisi yang baik dan benar.

“Saya ingin bertanya kepada adik-adik semua, siapa yang bisa menulis dan membaca puisi, silakan angkat tangannya,” tanya Marco.

Beberapa siswa mengacungkan jari meski setelah itu, sebagian dari mereka menariknya lagi. Sebagian siswa lainnya terlihat diam dan malu-malu.

Tak ingin suasana menjadi tegang, Marco lalu memanggil seorang siswa ke depan kelas dan memintanya merentangkan kedua tangan sambil mengepaknya.

Spontan saja aksi siswa tersebut membuat rekan-rekannya yang lain ikut tertawa riang sehingga suasana tegang dan canggung cair seketika.

“Apakah kalian masih merasa malu?” tanya Marco.

“Tidak,” teriak para siswa menjawab.

Para siswa SD Negeri 31 di kawasan Batu Merah Dalam, Kecamatan Sirimau, Ambon, Maluku, yang dibimbing oleh para relawan dari Yayasan Heka Leka.

Selepas itu, Marco melanjutkan mengajari para siswa tentang cara menulis puisi dan membacanya dengan baik, termasuk memperkenalkan beberapa puisi pendek seperti puisi berjudul ‘Malam Lebaran’ karya Sitor Sitomorang kepada para siswa.

Sementara di kelas lainnya, relawan lainnya ikut mengajari anak-anak tentang cara memahami dasar-dasar bahasa Inggris yang baik dan benar. Tidak seperti yang diberikan para guru di sekolah, para relawan tampil dengan cara yang berbeda sehingga siswa tampak lebih rileks dalam mengikuti pelajaran.

Selain puisi, bahasa Inggris dan ilmu pengetahuan lain, para relawan lainnya juga mengajari para siswa untuk bisa mengidentifikasi bakso yang menggunakan formalin dan bahan berbahaya lainnya.

“Kalau biji baksonya tampak kemerahan dan dijatuhkan ke lantai memantul berarti baksonya mengandung formalin dan zat berbahaya lainnya. Jadi harus hati-hati,” kata Mahdi mengingatkan para siswa.

Sejumlah siswa yang ditemui setelah kegiatan tersebut mengaku senang karena bisa belajar berbagai hal dari para relawan Heka Leka.

Untuk Cerita Selengkapnya, Silahkan Mengunjungi :

https://regional.kompas.com/read/2018/09/27/23592841/jalan-panjang-heka-leka-agar-anak-anak-maluku-tak-lagi-tertinggal-1?page=1

Leave your vote

0 points
Upvote Downvote

Total votes: 0

Upvotes: 0

Upvotes percentage: 0.000000%

Downvotes: 0

Downvotes percentage: 0.000000%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

Hey there!

Sign in

Forgot password?

Don't have an account? Register

Close
of

Processing files…