Sumber : Kompas.com
Perjuangan pria kelahiran 22 Maret 1982 itu dalam menyebarkan virus literasi patut diapresiasi. Anak-anak kampung yang semula polos, pemalu dan cenderung kasar dalam bersikap maupun bertutur, bertransformasi menjadi generasi muda yang kreatif dan inspiratif. Anak-anak desa yang semula enggan bersekolah kini beralih menjadi individu yang haus akan pendidikan tinggi.
Tahun 2013, Heru beserta keluarga kecilnya pindah dari Tegal, Jateng ke Jalan Wadas Kelir, Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Seiring berjalannya waktu, Dosen Bahasa Indonesia, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto ini mulai berpandangan bahwa lingkungan barunya itu dirasa kurang sejalan untuk perkembangan anak-anaknya yang masih kecil.

“Saya prihatin dengan kondisi sekitar. Banyak anak-anak yang putus sekolah dan cenderung kasar dalam bersikap serta bertutur. Insting saya sebagai ayah berupaya memproteksi anak-anak supaya tidak jatuh ke dalam pergaulan yang buruk,” kata bapak empat anak ini kepada Kompas.com, Senin (20/8/2018).
Perlahan-lahan Heru lantas merintis pendirian Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Wadas Kelir di awal 2013. Semula TBM Wadas Kelir hanyalah perpustakaan mini yang beroperasi di halaman teras rumah Heru seluas 4 meter x 6 meter.
Tak ada niatan apapun, hanya upaya kecil Heru untuk menarik minat baca anak-anak di sekitar rumahnya.
Anak-anak di saat jam pulang sekolah boleh membaca-baca koleksi buku yang tersedia secara gratis. Bahkan jika belum puas, buku-buku itu diperbolehkan dibawa pulang. Saat itu, koleksi buku TBM Wadas Kelir masih minim sekitar ratusan buku.
Untuk Cerita Selengkapnya, Silahkan Mengunjungi :
https://regional.kompas.com/read/2018/09/27/17460931/perjuangan-taman-baca-wadas-kelir-dari-perpustakaan-di-teras-rumah-hingga