Kini kita mungkin telah memiliki sekian informasi yang mengatakan bahwa covid-19 mirip dengan flu musiman. Di tengah pandemi covid-19 ini, flu datang dari dua sisi yaitu flu musiman dan pandemi covid-19.

Terdapat perbedaan antara covid-19 dengan flu musiman. Kedua virus yang menyebabkanya, yaitu SARS-CoV-2 dan influenza a atau b, masing-masing memang memiliki sedikit kesamaan. Namun keduanya punya perbedaan signifikan. Berikut terjemahan artikel dari Psychology Today yang berjudul: “6 Reasons Why COVID-19 Is Nothing Like the Flu”.

Gejala

Terdapat perbedaan covid-19 dengan flu, yaitu ada pada simtomalogi atau gejala. Keduanya punya gejala batuk, sakit tenggorokan, dan demam, tetapi gejala tersebut hadir secara berbeda. Contohnya, flu menyebabkan gejala pernapasan bagian atas seperti bersin dan pilek. Covid-19 biasanya idak ada gejala hidung, batuknya sering kering, dan tidak ada banyak lendir pada umumnya (sedangkan lendir sendiri adalah ciri khas flu).

Sakit kepala, sakit di beberapa bagian tubuh, dan kelelahan juga umum terjadi pada keduanya, tetapi pada dasarnya semua infeksi dirasakan karena efek samping dari protein sistem kekebalan yang disebut sitokin. Penderita covid-19 juga mengalami sesak di saluran pernapasan dan napas yang pendek-pendek, juga jika gawat, kehilangan indera pengecap dan penciuman. Dan gejala-gejala itu bukan gejala flu yang umum.

Keparahan dan durasi

Selain poin perbedaan covid-19 dengan flu di atas, penyakit covid-19 seringkali lebih melemahkan daripada flu dan rata-rata bertahan lebih lama. Sementara flu cenderung berlangsung 5-10 hari, kasus covid-19 diukur dalam hitungan mingguan. Ada yang hingga 8 minggu (2 bulan), 6 minggu, 5 minggu, dan lain-lain.

Baca juga: 5 Hal yang Harus Kamu Ketahui Tentang Pandemi Covid-19

Kematian

Hingga kini, kita belum memiliki metrik yang solid untuk covid-19. Beberapa negara seperti Belgia telah melaporkan bahwa 15% kasus mematikan, sementara angka kematian Amerika Serikat berkisar antara 2% hingga 5%. Tetapi angka-angka ini mencerminkan fakta bahwa hanya kasus yang paling parah yang sedang diuji hingga saat ini.

Covid-19 lebih ganas menyerang para penderita obesitas, hipertensi, diabetes, penyakit jantung kongestif, asma, kanker, gagal ginjal, dan lain-lain. Selain itu, lansia juga termasuk ke dalam kelompok rentan covid-19. Dalam 10 tahun terakhir flu musiman, angka kematian tidak pernah beranjak dari 1%, bahkan di kelompok lansia berusia 65 tahun ke atas. Singkatnya, covid-19 lebih mematikan ketimbang flu pada semua kelompok umur, namun 10 hingga 20 kali lebih mematikan bagi lansia.

Penularan

Perbedaan covid-19 dengan flu yang selanjutnya adalah penularan. Seberapa cepat penyakit menular yang dapat menyebar melalui populasi adalah faktor penting untuk memahami bahayanya.

Ahli epidemiologi mengukur kemampuan suatu penyakit untuk menyebar menggunakan sesuatu yang disebut “Nomor Reproduksi Dasar” (BRN), yang mirip dengan jumlah kasus di masa depan yang akan menginfeksi setiap kasus baru sementara penyakit ini menyebar tanpa terkendali. (semacam penghitungan matematis berdasarkan jumlah statistik harian -tambahan penerjemah).

Selama 10 tahun terakhir atau lebih, BRN untuk flu musiman telah antara 1 dan 2. Menular, tetapi dapat dikelola. Selama pandemi flu 2009, BRN hampir 2. Selama pandemi influenza global 1918, BRN adalah 2,8. Sebagian besar pengukuran untuk covid-19 adalah antara 3 dan 5, membuatnya lebih menular daripada SARS, Ebola, dan Smallpox (tetapi lebih kecil dari Campak, Mumps, dan Cacar Air).

Baca juga: Mengapa Orang Pintar Termakan Mitos dan Hoaks Covid-19?

Demografi

Kategori-kategori demografi telah banyak dibuat melalui preferensi usia SARS-CoV-2 oleh para peneliti. Walaupun benar bahwa virus ini memangsa paling banyak orang tua dan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya, tetapi orang tua dan kondisi kesehatan yang mendasari juga berlaku untuk setiap penyakit menular, karena keefektifan sistem kekebalan tubuh kita semakin menua seiring bertambahnya usia dan terhambat oleh penyakit penyerta tertentu maka penyakit-penyakit menular mudah masuk ke tubuh.

Namun terdapat temuan mengejutkan di mana orang sehat yang berusia 30-an, 40-an, dan 50-an juga tidak terlepas dari covid-19 hingga membuat mereka sakit kritis. Saya menderita flu sebelumnya dan tidak pernah melewatkan lebih dari dua hari kerja. Saya berumur 41 thaun dan covid-19 membuat saya sakit selama tiga minggu.

Kecacatan Jangka Panjang

Tidak semua orang yang pulih dari covid-19 mengalami tubuhnya kembali normal seperti sebelumnya. Inilah salah satu perbedaan covid-19 dengan flu di mana terdapat kecacatan jangka panjang. Karena covid-19 sangat baru, kami belum memiliki gambaran lengkap tentang masalah jangka panjang covid-19 yang mungkin hilang, tetapi tanda-tanda awalnya tidak menyenangkan.

Gumpalan darah, termasuk emboli paru yang mematikan, sekarang merupakan komplikasi yang diketahui akibat covid-19. Banyak rumah sakit di seluruh dunia yang melaporkan adanya sejumlah stroke pada pasien sehat di usia 30-an dan 40-an yang menderita covid-19 ringan maupun tanpa gejala. Covid-19 juga terbukti menyebabkan kerusakan hati permanen pada beberapa pasien. Ingat kehilangan indera pengecap dan penciuman? Itu merupakan gejala neurologis.

————–

Diterjemahkan dari artikel Psychology Today yang berjudul: “6 Reasons Why COVID-19 Is Nothing Like the Flu”.

Penulis: Nathan H. Lents, Ph.D., adalah seorang profesor biologi molekuler di John Day College, City University of New York. Ia juga merupakan penyintas covid-19.

Sumber gambar: Media Indonesia

Leave your vote

0 points
Upvote Downvote

Total votes: 0

Upvotes: 0

Upvotes percentage: 0.000000%

Downvotes: 0

Downvotes percentage: 0.000000%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

Hey there!

Sign in

Forgot password?

Don't have an account? Register

Close
of

Processing files…