Kita tahu bahwa kini anak-anak banyak mencari hiburan melalui internet. Kita kerap khawatir anak-anak juga akan menelan mentah-mentah informasi yang kurang baik di internet. Baiknya memang anak-anak menikmati konten yang sesuai dengan kategori usianya dengan medium lain, melalui buku contohnya. Pernahkah terpikirkan dalam benak kamu, bagaimana jika kamu yang menulis konten yang sesuai dengan kategori usia anak-anak itu dalam bentuk buku cerita anak? Jika ya, lalu bagaimana caranya?

Berikut 10 cara menulis buku cerita anak untuk pemula, dikutip dari Servicescape:

1. Ketahui Siapa Targetmu

Ketika kamu berpikir tentang ide ceritamu, kira-kira berapa rentang umur anak-anak yang akan membaca karyamu? Kemampuan membaca anak-anak berkembang dengan pesat. Untuk itu, gaya penulisanmu harus disesuaikan dengan kelompok umur yang spesifik. Supaya mempermudah gambaranmu, kamu dapat mengelompokannya sebagai berikut:

  • Anak umur 2-6 tahun
  • Anak umur 7-11 tahun
  • Anak di atas 12 tahun

Anak-anak dengan umur 5 dan 6 tahun kemungkinan akan membaca lebih banyak kata ketimbang anak yang berumur 3 tahun. Ini merupakan hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan kapan kamu dapat menentukan jumlah gambar dan kata di dalam bukumu. Banyak penulis yang berpikir bahwa buku cerita anak karangannya dapat dibaca semua anak-anak, padahal tidak demikian.

2.  Pilih Tema yang Tepat

Aspek krusial lainnya adalah pemilihan tema. Buku cerita anakmu perlu sebuah tema yang dapat menarik perhatian targetmu. Apa yang penting untuk mereka? Kamu harus menentukan dan membayangkan apa yang ada di dalam pikiran mereka. Apa kesulitan yang ada di umur-umur mereka dan bagaimana penyelesaian yang baik. Jangan menulis dari perspektif orang dewasa. Masuklah ke dalam pikiran anak-anak dan jangan memberi solusi yang rumit. Semakin sederhana semakin baik. Dengan begitu, anak-anak dapat mengidentifikasi masalahnya secara visual sebaik tulisan naratif dan gambar ilustrasimu.

Buku Cerita Anak
Buku cerita anak dengan konten timbul yang menarik. Sumber

3. Pengembangan Cerita adalah Kunci

Semua penulis harus dapat membawa perasaan pembacanya. Cerita harus dibangun naik dan turun supaya tidak monoton. Jangan kira, anak-anak pun sudah dapat merasakannya. Ceritakan saja bila ada kejadian sedih, bila ada kejadian marah, dan lain-lain karena hal-hal itu merupakan bagian dari hidup. Dengan adanya berbagai macam emosi itu, anak-anak dapat lebih peka terhadap segala situasi.

Poin-poin penting yang harus diingat:

  • Permulaan yang halus
  • Mulai bertemu masalah
  • Puncak masalah
  • Solusi
  • Resolusi

Permulaan harus dimulai dengan halus, jangan langsung memperlihatkan masalah besar. Hal ini supaya tidak mengagetkan anak. Kemudian mulai bertemu masalah. Pastikan tetap logis, ada pertanyaan kenapa yang mendasarinya. Lalu puncak masalah: bagaimana. Dilanjutkan dengan solusi, dan jangan lupa resolusi ke depannya supaya anak-anak merasakan bahwa buku cerita anakmu dapat memberikan petuah baik tidak hanya saat masalah ada, tetapi hal-hal baik yang perlu dilakukan ke depannya.

Baca juga: Beli Buku di Toko Buku Online? Kenali Mana Buku yang Asli dan Bajakan

4.  Tetap Sampaikan dengan Lembut

Hanya karena buku cerita anakmu punya pesan besar, bukan berarti pesanmu disampaikan dengan cara orang dewasa. Cerita tetap harus dinamis, artinya ia dapat mengaduk-aduk emosi pembacanya. Usahakan tidak menyampaikan pesan moralmu dengan gamblang. “Jangan mencuri karena mencuri tidak baik.” Kalimat tersebut terkesan menggurui dan gamblang. Buatlah gambaran yang lembut seperti, “A memiliki kesempatan untuk mengambil uang B, tetapi A mengurungkan niatnya karena B membutuhkannya untuk biaya pengobatan ibunya.” Kalimat contoh tersebut memberikan gambaran empati dan imajinasi yang lebih luas kepada anak-anak.

5.  Seimbangkan Kata dan Gambar

Karena cerita anak adalah cerita pendek, baiknya kamu sampaikan ceritamu dengan efektif. Seimbangkan kata dan gambar untuk menjadi cerita yang dapat meningkatkan kualitas buku cerita anakmu. Rata-rata buku cerita anak memiliki kata sebanyak 50-1000 kata. Penulisan harus singkat, padat, dan jelas. Hindari penggunaan istilah, kiasan, atau kata-kata lain yang konotatif. Gambar pun harus disesuaikan dengan tulisan. Gambar ilustrasi yang baik disesuaikan dengan kata kerja utama yang menjadi inti cerita. Semisal adegan mencuri, maka gambarlah adegan ketika mencuri.

6.  Rileks, Siapkan Waktumu

Menulis buku cerita anak sungguh tidak mudah. Ambil waktumu dan pikirkan baik-baik. Tulis dalam draf-draf ide-ide yang kamu pikirkan. Buatlah plot cerita yang baik yang kira-kira dapat disampaikan dengan efektif. Setelah proses buku cerita anakmu dimulai, koreksi lagi kembali. Menulis buku cerita anak bukan proses sekali jadi. Kamu harus berhati-hati karena anak-anak sangat cepat menyerap informasi yang dikonsumsinya.

Menulis Buku Cerita Anak
Menulis buku cerita anak (ilustrasi). Sumber

7. Tetap Unik

Kita tahu, yang unik adalah yang diinginkan semua pembaca. Begitu juga penerbit atau agen pencari penerbit. Apa yang membuat buku cerita anakmu unik? Bagaimana ceritamu dapat menjadi unik? Jangan terpaku pada satu bentuk cerita. Kamu tetap dapat menjadikan buku cerita anakmu buku yang serius, yang konyol, atau yang lucu, dan lain-lain. Tipsnya, kamu dapat menceritakan pengalamanmu sendiri. Pengalaman setiap orang tentu berbeda-beda. Kamu dapat menemukan ide cerita dengan mengorek lagi memori yang kamu punya. Selain itu, kamu juga dapat menggunakan karakter tokoh hewan seperti cerita-cerita Fabel Aesop.

Baca juga: Puisi Cinta Untuk Gadis yang Menolak Cinta Chairil Anwar

8. Temukan Penerbit yang Cocok

Mungkin kamu telah mendapatkan beberapa referensi buku cerita anak sebagai bahan pertimbangan. Referensi favoritmu itu tentu diterbitkan oleh penerbit yang bisa juga kamu pilih sebagai penerbitmu. Maka, temukanlah penerbit yang sesuai dengan standarmu, atau kamu dapat melakukan sebaliknya dengan menyesuaikan standar penerbit. Semakin kamu dan penerbitmu ada pada standar yang sama, kesempatan terbitnya buku cerita anakmu semakin besar.

Jika kamu memilih untuk menerbitkan buku sendiri, kamu harus mempertimbangkan siapa yang akan membuat ilustrasinya. Nilai plus jika kamu dapat mendesain ilustrasimu sendiri atau orang terdekatmu dapat melakukannya.

9. Pertimbangkan Harga

Mengutip dari Tirto, menurut IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), rata-rata buku cerita anak dibanderol harga Rp30 ribu. Buku cerita anak pun merupakan penguasa pangsa pasar buku di Indonesia. Ia laris karena murah. Maka harga Rp30 ribu harus kamu jadikan pertimbangan. Selain itu, harga dipertimbangkan melalui faktor-faktor seperti ilustrasi gambar, berapa banyak halaman buku, bentuk buku (horizontal, vertikal, atau variasi), dan lain-lain. Bila kamu bekerja sama dengan penerbit, soal harga dapat kamu diskusikan bersama. Bila kamu memilih menerbitkan buku sendiri, kamu harus mengenal harga pasaran dengan standar yang sama dengan buku cerita anak karyamu.

Leave your vote

42 points
Upvote Downvote

Total votes: 140

Upvotes: 91

Upvotes percentage: 65.000000%

Downvotes: 49

Downvotes percentage: 35.000000%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

Hey there!

Sign in

Forgot password?

Don't have an account? Register

Close
of

Processing files…