Peneliti asal Inggris sedang melakukan sebuah studi dengan menggabungkan dua vaksin Covid-19. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meringankan beban pengadaan vaksin karena ketidakseimbangan antara waktu produksi vaksin dengan penambahan kasus positif yang eksponensial.

Menurut peneliti, menggabungkan dua vaksin yang berbeda berpotensi mendorong peningkatan respons imun.

Sebagian besar proses vaksinasi virus corona diberikan sebanyak dua kali penyuntikan: pertama sebagai “yang utama” dan kedua sebagai “pendorong” untuk merangsang sel memori pada sistem imun dan memperkuat respons imun.

Pada percobaan klinis, peneliti akan menguji respons imun peserta dengan memberinya satu suntikan vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Oxford dan perusahaan farmasi AstraZeneca —yang mana menggunakan virus tidak berbahaya untuk membawa gen virus corona ke dalam sel tubuh — dan suntikan kedua dari vaksin perusahaan farmasi Pfizer, yang menggunakan instruksi RNA untuk memicu respons imun.

Para pengembang vaksin kerap mengombinasikan dua vaksin untuk melawan patogen yang sama, dan para peneliti ingin menerapkan strategi tersebut —yang disebut sebagai dorongan-utama heterolog (heterologous prime-boost)— untuk melawan virus Covid-19.

Sebuah kombinasi dorongan-utama heterolog telah disetujui tahun lalu oleh para pejabat berwenang Eropa untuk melindungi masyarakat dari Ebola. Vaksin HIV pun kerap bergantung pada strategi tersebut, kata Dan Barouch, direktur Pusat Virologi dan Penelitian Vaksin di Pusat Medis Beth Israel Deaconess di Boston, Amerika Serikat.

Namun dorongan-utama heterolog belum diuji untuk vaksin khusus Covid-19. Kemampuan untuk menggabung dan mencocokkan vaksin dapat membuat program vaksinasi lebih fleksibel: menggabung dan mencocokkan vaksin dapat mempercepat proses dan mengurangi dampak terbatasnya pengadaan vaksin tertentu.

Pihak Universitas Oxford juga akan melakukan uji gabungan antara vaksin produksinya dengan vaksin asal Rusia yaitu Sputnik V, yang menggunakan virus tidak berbahaya untuk memindahkan komponen virus corona ke dalam sel tertentu.

Sputnik V, yang diklaim memiliki kemampuan 90% efikasi melawan Covid-19, juga merupakan vaksin dorongan-utama heterolog, yang terdiri dari berbagai komponen tertentu pada dosis pertama dan kedua.

Kesimpulan:

  • Vaksin selama ini diberikan sebanyak dua kali penyuntikan: pertama sebagai “kewajiban utama” dan kedua sebagai “pendorong”
  • Para pengembang vaksin kadang mengombinasikan dua vaksin untuk melawan patogen yang sama (ini disebut dorongan-utama heterolog/prime-boost heterologous)
  • Metode dorongan-utama heterolog/prime-boost heterologous juga digunakan untuk vaksin Ebola dan HIV. Metode ini berhasil dan juga telah disetujui pejabat wewenang Eropa
  • Melalui pengalaman tersebut, para peneliti yakin dengan adanya potensi penggabungan dua vaksin untuk meningkatkan imunitas tubuh dalam melawan Covid-19
  • Saat ini, gabungan vaksin Oxford-AstraZeneca dan vaksin Pfizer sedang diuji dan sedang menunggu hasil
  • Selain itu, pihak Oxford juga akan menguji gabungan vaksin produksinya dengan Sputnik V dari Rusia, yang mana juga merupakan hasil vaksin gabungan metode dorongan-utama heterolog dengan efikasi 90%

 

Baca juga:

Cara Simpel Tingkatkan Imun Tubuh Hanya dengan 6 Menit Membaca

Yuk, Bantu UMKM di Tengah Masa Pandemi Covid-19 Ini!

 

RUJUKAN:

Nature

Sumber gambar: Alodokter

Leave your vote

1 point
Upvote Downvote

Total votes: 1

Upvotes: 1

Upvotes percentage: 100.000000%

Downvotes: 0

Downvotes percentage: 0.000000%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

Hey there!

Sign in

Forgot password?

Don't have an account? Register

Close
of

Processing files…